Nano L Basuki saat menceritakan pengalamannya membina anak-anak kampung membuat puisi, di depan anggota Club Menulis STAIN Pontianak, Sabtu (16/10). Foto Mahmud Alfikri/Borneo Metro.
Oleh : Hiliyah
Club Menulis STAIN Pontianak mengundang Nano L. Basuki pada hari Sabtu 16 Oktober 2010 untuk membangkitkan motivasi menulis. Acara dilaksanakan di gedung Perpustakaan STAIN Pontianak, tepatnya di ruang MC (Malay Corner).
Pada pukul 10.00 Nano L.Basuki tiba ruang pertemuan. Dia disambut dengan hangat oleh para peserta Club Menulis STAIN Pontianak.
Pembina Club Menulis, Yusriadi, Nano meperkenalkan Nano. “Bang Nano ini adalah seorang guru yang sekarang ini giat melakukan kampanye menulis kepada anak-anak di kampung. Kegiatan-kegiatannya sangat inspiratif. Saya mendapatkan banyak inspirasi dari Bang Nano”.
“Rencana pameran ‘Majalah Gantung’ yang akan kita laksanakan minggu depan terinspirasi dari kegiatan pameran Bang Nano di kebun karet,” kata Yusriadi sambil menunjukkan Borneo Metro edisi Sabtu, yang memuat profil Nano Basuki.
Disebutkan, Nano melakukan pameran sastra di pinggir jalan di kebun karet. Kampanye ini telah berhasil menggugah perhatian orang-orang yang lewat di jalan tersebut, terhadap karya sastra yang dipajangnya.
Yusriadi juga menyebutkan Nano juga telah menerbitkan beberapa buku. Selain itu, dia sekarang sedang menyiapkan buku berisi kumpulan puisi seniman-seniman di Kalbar.
“Makanya kita sangat beruntung karena Bang Nano mau datang ke sini. Kita berharap, pada kesempatan ini Bang Nano bisa membagi pengalaman-pengalaman inspiratifnya itu,” kata Yusriadi sembari mempersilakan Nano bicara.
Ketika memulai bicara, Nano meralat apa yang disampaikan Yusriadi.
“Kedatangan saya ke sini bukan berbagi sesuatu tetapi lebih termotivasi untuk mendapatkan sesuatu,” ungkap Nano.
Nano menyebutkan bahwa dirinya telah mendapat beberapa hal ketika masuk ke STAIN Pontianak. Dia melihat kampus sangat ramai dengan kegiatan akademik. Ini mengingatkan dia pada IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tempat yang pernah dikunjungi sewaktu kuliah di Universitas Sanata Dharma.
Selain itu, dia juga melihat poster yang berisi pengumuman diskusi perdamaian yang diselenggarakan CEIRU. “Saya senang dan sangat bersyukur dapat berada di tempat yang cocok sekali dengan saya,” ungkapnya. Dia juga mengaku senang bisa hadir di depan anggota Club Menulis.
Nano kemudian menceritakan riwayat pendidikannya. Dia juga menceritakan perjalanannya selama di Kalimantan Barat, serta kegiatan-kegiatan mengajarkan anak-anak di kampung menulis karya sastra.
Dalam bercerita beliau mengikutsertakan foto-foto hasil perjalannya yang diantaranya foto-foto anak-anak yang memiliki minat begitu kuat untuk menulis. Nano menunjukkan ada foto anak yang sedang menulis tengkurap di atas batang pohon yang tumbang, bersandar di pohon, anak yang menulis di atas pundak teman-temanya.
Foto puisi yang dipajangnya di pinggir jalan juga disertakannya, termasuk foto yang menggambarkan anak-anak mengerubungi pajangannya itu. Nano juga menunjukan situasi belajar yang dilakukannya bersama anak-anak kampung di bawah pohon.
“Saya sangat terkesan ketika kami sedang belajar, ada anak yang ikut bergabung. Dia baru pulang dari hutan membantu ibunya. Waktu itu anak itu hanya mengenakan celana dalam saja,” katanya.
Cerita Nano membangkitkan semangat anggota Club Menulis. “Saya berterimakasih karena dapat semangatnya. Salut. Abang mencintai bidang abang dan dapat mengajak orang lain juga mencintainya,” ungkap Hardiyanti salah seorang anggota Club Menulis pada kesempatan berdisikusi.
Begitu juga dengan ungkapan Rita. “Saya merasa iri. Saya ingin bergabung ikut serta di dalam penerbitan buku bersama Anda,” ungkapnya sebelum memberikan buku kumpulan puisinya kepada Nano L.Basuki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar