Oleh: Khairul Fuad
Club Menulis yang terhitung masih seumur jagung telah menerbitkan puluhan buku yang mayoritas ditulis oleh mahasiswa. Kurun 3 tahun sejak berdirinya pada Juni 2010 Club Menulis telah meretaskan 19 judul buku. Sedianya 22 Maret 2012 akan diterbitkan beberapa buku lagi.
Club Menulis merupakan prakarsa dari Puket III STAIN Pontianak, Dr. Hermansyah, untuk menumbuhkembangkan minat dan tradisi menulis. Minat dan tradisi tersebut ditujukan untuk kalangan, khususnya mahasiswa STAIN Pontianak dan umumnya pihak dari luar yang ingin bergabung. Kemudian, gerbong klub tersebut ditarik oleh Dr. Yusriadi sebagai lokomotifnya yang memiliki minat menulis di atas rata-rata (write alcoholic).
Menurut Bang Yus, sapaan akrab Dr. Yusriadi, Club Menulis didirikan untuk mendorong capacity building mahasiswa di bidang akademik. Capacity building dalam hal ini kemungkinan membangun kecakapan (maksimalisasi) dalam tradisi tulis-menulis, bahkan penerbitan buku. Tradisi menulis merupakan bagian penting sekaligus harga mati dalam dunia akademik.
Oleh karena itu, Club Menulis seyogianya dipertahankan untuk meretas asa menulis demi menghidupkan urat-nadi akademik di kalangan mahasiswa. Di saat, sosiolog Untan, Prof. Syarif Ibrahim Alqadrie, justru tengah menangkap gejala tunaelan akademik di dunia perguruan tinggi (Borneo Tribune 03/02/12).
Dari berbagai karya yang diterbitkan, karya sastra tidak lupa ikut-serta diterbitkan pula oleh Club Menulis. Mengingat karya sastra bagian elan akademik yang memiliki ciri khas. Segala aspek akademik dapat diintervensi oleh karya sastra walaupun tidak bisa dijadikan rujukan akademik.
Fenomena sosial masyarakat misalnya seolah tanpa permisi dicomot untuk menggugah kesadaran asasi dalam karya sastra. Fenomena psikologi seseorang dengan enaknya dihadirkan untuk mengaduk-aduk jiwa sehingga menimbulkan keresahan tidak keruan dalam karya sastra. Begitu juga, fenomena politik sah-sah saja dipertarungkan untuk memperlihatkan kekuasaan yang cenderung koruptif dalam karya sastra.
Fenomena kehidupan itu yang kini telah dituangkan oleh para anggota Club Menulis melalui pena kreatif dalam sebuah karya sastra. Antologi puisi, antologi cerpen, dan novel telah menghiasi rak buku Club Menulis bersama buku-buku selain sastra. Bisa jadi juga telah menghiasi rak toko buku di Pontianak. Perhatian Club Menulis terhadap sastra mengingatkan sebuah pernyataan, “Sastra yang merangkai imajinasi ternyata berpangkal kepada kenyataan, sedangkan kehidupan nyata terkadang terperosok ke dalam jurang imajinasi semata”.
Karya sastra buah kreatif Club Menulis antara lain, antologi puisi bersama Puisi Sebelum Surga, antologi cerpen Islami Cinta Sekufu Sambas-Jakarta editor Yusriadi, Satu Mimpi, dan Merangkai Cinta di Bumi Khatulistiwa. Sementara itu, novel Hati Yang Terbingkai Dalam Persahabatan, Cinta, dan Rido-Nya karya Omy Bintun Nahl. Terdapat juga sebuah biografi bersama In memoriam 97 editor Maisuri, tidak ketinggalan biografi tokoh Kalimantan Barat, seperti Pak Abror Guru Semua Orang.
Selanjutnya, karya sastra lain segera diluncurkan 22 Maret 2012. Antologi puisi sendiri Tuhan Baru karya Mahadaya Senja, Puisi di Bawah Normal karya Umi Rahayu, dan sebuah antologi puisi karya Cici. Antologi cerpen sendiri Izinkan Aku Menjadi Surgamu karya Mahmud Alfikri dan antologi cerpen Islami karya Holi Hamidin. Antologi cerpen bersama, Cerpen Kampung editor Farninda Aditya, Puisi Kehidupan editor Rita, dan sebuah antologi cerpen bersama editor Hanina. Tulisan-tulisan lepas (esai) juga ikut diluncurkan juga, Otakku Cenat-Cenut karya Farninda Aditya dan Polling in Lope karya Marsita Riandini (Borneo Tribune 19/02/12).
Sementara itu, yang menarik dari Club Menulis adalah terobosan kreatif sastra melalui novel bersama. Jika novel ditulis sendiri, di Club Menulis ditulis keroyokan dengan judul Novel Aloevera yang juga diluncurkan Maret. Menurut editor sekaligus salah satu penulisnya, Yusriadi, proses kreatifnya menentukan jalan cerita, membuat kerangka cerita, dan masing-masing kerangkanya ditulis sendiri-sendiri oleh tim yang tergabung dalam novel bersama. Proses kreatif pasti menemui jurang konvensi dan jembatan inovasi di tengah kementokan perjalanan kepenulisan.
Bagian dari Tri Darma Perguruan Tinggi, Club Menulis ternyata tidak berperan sebagai menara gading di tengah masyarakat. Pena kreatif itu diestafetkan kepada anak-anak sekolah di Pontianak. Pada gilirannya, antologi sastra karya anak-anak sekolah telah mampu diterbitkan, seperti puisi karya anak-anak SD editor Lina.
Selain itu, Club Menulis juga menghasilkan karya-karya setengah sastra. Dalam artian, kisah perjalanan ke sebuah komunitas masyarakat Kalimantan Barat kemudian hasil amatannya dituangkan dalam bentuk tulisan naratif. Kegiatan ini telah menghasilkan beberapa buku, misalnya Menanti di Tanah Harapan, Bugis Perantauan, dan Tionghoa di Kalimantan Barat. Sebentar lagi diterbitkan Ekspedisi di Pinggir Sungai Kapuas dan akan direncanakan kisah perjalanan ke kampung Jawa di Rasau Jaya KKR. Kegiatan ini juga diikuti oleh teman-teman Balai Bahasa Pov. Kalbar.
Tidak kalah penting, Club Menulis telah terbukti ikut menyemarakkan khazanah sastra Kalimantan Barat, termasuk karya sastra Islamnya. Indikasi tersebut dapat dicerap melalui pernyataan lokomotifnya bahwa sastra yang dihasilkan Club Menulis kental dengan lokalitas Kalimantan Barat. Sementara itu, sebagai karya sastra Islam yang telah diusung Club Menulis terindikasi melalui judul karya sastra yang dihasilkan.
Terkait sastra Islam, jika dicermati melalui teori critic pure reason (kritik akal murni) Immanuel Kant, para mahasiswa STAIN Pontianak pasti telah menempatkan nuansa Islam dalam pemikirannya sehingga mewarnai karya-sastranya. Dengan demikian, indikasi implisit dapat dinilai sastra Islam walau tidak tampak dalam konteks eksplisit. Ketidaksadaran bawah sadar secara otomatis dipastikan meretas dalam sebuah karya sastra yang muncul begitu saja dengan tidak sadar.
Sisi lain, terobosan Mendikbud Muhammad Nuh, kelulusan S-1 harus menulis sebuah karya, dapat ditangkap oleh Club Menulis. Pembinaan menulis bagi Mahasiswa STAIN Pontianak dapat diperankan sekaligus lembaga legalisasi kelulusan dapat diambil oleh Club Menulis. Dengan demikian, maruah Club Menulis dibangun secara perlahan-lahan menuju kemapanan dan kredibelitas.
Namun demikian, karya tulis tersebut tidak harus didominasi oleh karya ilmiah saja. Karya sastra dapat juga dijadikan pertimbangan kelulusan seorang mahasiswa. Tentu, karya sastranya tidak terjebak oleh karya ngepop. Hipogramnya seperti karya Habiburrahman al-Sirazy atau karya para anggota Club Menulis di atas. Jika karya seperti itu yang ditekankan, mahasiswa pasti terpumpun oleh dua ranah sekaligus, ranah eksplorasi riset dan eksploitasi imajinasi kreatif.
Dengan karya sastra sejatinya didapatkan optimalisasi kepribadian yang sangat dibutuhkan oleh seorang mahasiswa pascakelulusan. Otak kanan dan otak kiri bisa saling bekerja sama sebagai keutuhan seorang manusia. Bravo Club Menulis untuk karya.
Tengah Mendung 080212